Jejaring sosial, BUAT POSTINGAN – Dunia media sosial dihebohkan dengan foto seorang ibu memegang spanduk “Bantu Anakku Butuh Obat Ganja” yang dibagikan di tengah Car Free Day (CFD) di Jakarta.
Dari segi moneter, aksi sang ibu langsung menjadi sorotan banyak pihak, terutama yang berada di tempat. Mereka ramai-ramai memuji keberanian sang ibu meminta legalisasi ganja medis.
Foto seorang ibu memegang poster bertuliskan “Tolong, anakku butuh ganja medis” di CFD, salah satunya diunggah penyanyi Andien Aisia melalui akun Twitter pribadinya pada Minggu, 26 Juni 2022.
Dalam cuitannya, penyanyi berusia 36 tahun itu membagikan bahwa dirinya bertemu dengan ibunya di kawasan CFD Jakarta.
“Sebelumnya di CFD, saya bertemu seorang ibu dengan seorang anak (mungkin ABK) dengan poster yang menurut saya sangat berani … Ketika saya mendekatinya, dia mulai menangis,” tulis akun twitter @andienaisyah di twitmu.
Dalam pertemuan itu, Andien bertemu dengan ibunya yang akrab disapa Santi. Menurut Santi, seorang anak yang menderita cerebral palsy bisa diobati dengan terapi biji ganja.
Andien menyesal sekaligus berempati dengan Santi. Santi sempat bercerita jika anak itu sangat ceria dan suka bermain sepeda.
“Faktanya dalam hal ini saya bersimpati dengan Ibu dan bersimpati padanya. Dia dulu bercerita bahwa Pika adalah anak ceria yang suka naik sepeda (saya ingat Kava). Dan saya bisa membayangkan bahwa seorang ibu akan melakukan segala kemungkinan untuk melihat senyum di wajah anaknya lagi,” dia menulis lagi.
Saat itu, Santi dan putranya hendak ke Mahkamah Konstitusi (MK) untuk mengirimkan surat yang didedikasikan untuk Hari Anti Narkoba Internasional.
Surat tersebut meminta Mahkamah Konstitusi untuk mengabulkan permintaan agar ganja, yang terdaftar di bawah Kelas I Undang-Undang Narkotika, dapat digunakan untuk tujuan medis.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Santi diketahui berasal dari Sleman, Yogyakarta. Aksi tersebut dilakukan untuk menuntut legalisasi ganja medis untuk tujuan pengobatan dan bukan untuk rekreasi.
Santi sendiri sudah lama memperjuangkan legalisasi ganja medis di Indonesia. Bahkan perjuangannya dengan sejumlah ibu lain yang bernasib sama dimuat dalam sebuah film dokumenter berjudul MUSA.
“Ternyata, selain film dokumenter “Atas Nama Daun”.. Pergerakan ibu-ibu ini juga terekam dalam film dokumenter, namanya MUSA, diambil dari nama salah satu anak dari ibu pemohon , yang sayangnya anaknya tidak bisa diselamatkan, dan pada akhirnya dia meninggal. tweet Endien.
Kutipan dari era.id, Pada tahun 2020, diketahui bahwa Santi dan dua ibu lainnya mengajukan petisi ke Mahkamah Konstitusi untuk mencabut ketentuan dalam Undang-Undang Narkoba yang diyakini melarang penggunaan medis ganja untuk penderita cerebral palsy.
Dalam perkara pengadilan nomor 106/PUU-XVIII/2020, pemohon mengajukan permohonan ke Mahkamah Konstitusi dengan permohonan untuk mengizinkan penggunaan ganja dan obat golongan I lainnya untuk tujuan medis atau terapeutik.
BACA JUGA: Sedihnya, seorang mahasiswa membawa poster dengan kalimat vulgar saat demonstrasi, apakah ini akan viral?
Namun, permintaan MK belum juga dikabulkan. Dan di tengah persidangan pada Desember 2020, salah satu anak penderita cerebral palsy meninggal dunia.
Kemarin di CFD, saya bertemu dengan seorang ibu yang sedang menggendong bayinya (mungkin ABK) dengan poster yang menurut saya sangat berani.. Ketika saya mendekatinya, dia mulai menangis.. pic.twitter.com/qhRzRg6Zfg
— Andienaisyah (@andienaisyah) 26 Juni 2022